Sejauh Mata Memandang, Sedalam Hati Merasa

Walau sudah jauh melangkah, tetapi hati dan pikiran cenderung melihat ke belakang.

Di Mana Ada Kemauan, Di Situ Pasti Ada Jalan

Kemauan keras akan mengalahkan segalanya, menepis hadang, menghalau rintang, dan menuai hasil untuk masa yang akan datang.

Banyak Jalan Menuju Roma

Senantiasa berusaha mencari cara terbaik, tak kenal putus asa, tak mudah menyerah karena hasil tergambar di depan mata.

Boleh Saja Lupa Diri, Tapi Jangan Seperti Kacang yang Lupa Akan Kulitnya

Sebuah keberhasilan mustahil tanpa peran serta orang lain. Tegur sapa dan ingat merupakan kebanggaan bagi mereka.

Saat-saat Dunia Tersenyum, Mengakui Kita, bahwa Kita Juga Mampu

Menikmati hari tua tanpa adanya penyesalan karena kemampuan mengelola masa lalu dan sekarang. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Rabu, 25 Februari 2015

Hikayat Berhikmah

Nun jauh di sana, sejauh mata melihat, sejauh pikiran menerawang, dan sejauh ingatan mencoba untuk bertutur, sebuah nagari yang dipimpin oleh seorang raja yang memang memiliki figur seorang raja. Nagari yang hanya ada dalam dunia khayal, tetapi diinginkan kemunculannya dalam dunia nyata. Nagari, kita katakan saja negeri, titah dan ucapan Baginda Raja merupakan hukum yang berlaku, ketentuan yang mengikat rakyatnya, ketetapan yang ternyata mampu menghimpun ketenangan, keamanan, kenyamanan, dan pemberiaan kebebasan kepada rakyatnya untuk bertani, beternak, berdagang, memanfaatkan hasil hutan, laut, dan sungai untuk kesejahteraan serta kemakmuran rakyatnya juga.

Baginda Raja, meskipun titah dan ucapannya adalah hukum, Beliau tidak semena-mena, tidak anarkis apalagi zalim, kepemimpinan Beliau lebih mengutamakan kedamaian, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat jelata. Baginda Raja selalu mengingatkan Permaisuri, Pangeran, dan Puteri istana agar dalam kesehariannya seperti tidak merasa dan bergengsi warga istana, tetapi lebih memiliki rangkulan perasaan bagian dari rakyat jelata. Begitulah karakter dan kepemimpinan Baginda, yang selalu Beliau usahakan senantiasa mewaris dan menurun sampai ke periode kepemimpinan kapan pun.

Baginda Raja bertitah agar diri, keluarga, para menteri, para hulubalang, dayang-dayang istana, pengawal, penjaga, sampai pada petugas ronda istana untuk bergaya hidup wajar, mengamalkan kejujuran, dan membulatkan tekad, bahwa mereka bekerja bukan untuk raja, bukan untuk istana, tetapi untuk semua dengan lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya. Dalam ranah hukum, Baginda tidak pernah berusaha untuk menegakkan hukum, hukum tegak dengan sendirinya, dan tak seorang pun diantara warganya yang berani untuk berbohong. Mereka beranggapan bahwa berbohong itu tidak baik, akan merusak, akan memecah belah warga, menjadikan situasi tidak aman, dan kekacauan bisa terjadi di mana-mana. Waktu itu, mereka belum mengetahui bahwa berbohong itu dosa.

Hari berganti minggu, berganti bulan, menyambut tahun, tampaklah kemakmuran merata di seluruh penjuru negeri. Banyak kunjungan dari warga luar, mereka beraktivitas, berbisnis, menjalin hubungan kerja sama, dan semua terjadi dan berlangsung secara familiar dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai wujud nyatanya, pembangunan di merata tempat, fasilitas untuk kemudahan warga di mana-mana yang tetap terjaga dan terpelihara keawetannya.

Singkat cerita, suatu hari, saat elusan angin pagi mengusap wajah, suara burung terdengar sahut-menyahut, dan panasnya sinar surya menyegar badan. Tampak beberapa petugas istana sedang bercengkrama, larut ibarat seminar, mereka riang, gembira, senang sebab jelas pada raut wajah yang berseri dengan senyum tetap mengulum, dan sesekali terdengar tawa mereka.

"Wahai Abang petugas gerbang, sudikah kiranya Abang mendengar makna dari mimpiku tadi malam," tutur petugas ronda malam. "Mimpi apakah itu, tertarik juga ingin mendengarnya," jawab petugas penjaga gerbang istana. Sesaat suasana hening, hanya terdengar suara dedaunan tertiup angin. Sementara sinar mentari menerpa, lalu mengusir rasa dingin di merata tempat seluruh penjuru negeri. "Baiklah akan kuceritakan, dalam mimpi itu aku bertemu dengan seseorang. Seseorang yang tampaknya bukan manusia, melainkan dewa. Ia bertutur tentang aku, kita, istana, keluarga raja, rakyat, sampai orang asing di negeri kita. Semuanya benar, benar, seperti yang dirasakan dan terjadi sekarang. "Lalu, apa katanya lagi," sela petugas penjaga gerbang seperti tidak sabar ingin mengetahui kelanjutannya.

"Begini Bang, katanya tak lama lagi, negeri kita ini akan menjadi pusat perhatian dunia. Penelitian dan pengembangan di berbagai sektor dan disiplin ilmu dipusatkan di negeri kita di bawah kepemimpinan dan komando Baginda Raja, serta pengawasan para menteri dan hulubalang istana. Yang jelas, kearifan, kebijakan, keramahan, dan wibawa Baginda tersohor ke seluruh penjuru dunia. Kemakmuran luar biasa terjadi di negeri kita. Sampai-sampai kita Bang, dihadiahi rumah yang, ya ampun Bang, belum pernah kulihat seperti itu. Aku juga tak habis pikir Bang, saat ia mengatakan bahwa ini bukan mimpi biasa, melainkan mimpi yang akan berubah menjadi kenyataan," kata petugas ronda mengakhiri ceritanya. "Wow, ini berita menggembirakan, ayo bergegas kita menghadap Baginda, kita ceritakan perihal mimpimu itu," kata petugas penjaga gerbang istana. "Pasti, pasti, Baginda akan senang mendengar semua itu," katanya lagi. 

Di hadapan Baginda Raja, sang petugas ronda menceritakan perihal mimpinya. Wajah petugas ronda berseri-seri penuh harap, berharap mendapat pujian, sanjungan, dan hadiah dari Baginda Raja. Demikian juga petugas gerbang, wajah penuh harap yang sama, jelas kelihatan karena telah mendampingi temannya menghadap Baginda Raja. Para menteri, pengawal istana, dan abdi kerajaan tampak sangat senang mendengar penuturan tersebut.

"Wahai para menteri pembantu setiaku, pengawal istana, hulubalang, kalian semua menjadi saksi, bahwa titah dan ucapku adalah hukum di negeri ini. Mungkin kalian merasa senang mendengar penuturan tadi, tapi aku sedih, sangat sedih, rupanya masih ada pegawai istana kita yang dengan sengaja melalaikan tugas dan tanggung jawabnya. Kamu, wahai petugas ronda, mulai hari ini, kamu kupecat dengan gaji bulan ini tetap dibayar tanpa potongan. Tugasmu adalah ronda, jaga malam, tapi kamu malah tidur. Pengawal, bawa petugas ronda ke bendahara kerajaan untuk mengambil gajinya bulan ini, kemudian bawa ke alun-alun istana, biarkan ia bebas berbaur dengan rakyat. Hulubalang, kalian dua orang dampingi pengawal sampai ke alun-alun, lalu umumkan kepada warga bahwa istana memerlukan satu orang petugas ronda baru yang akan menggantikan posisi petugas yang telah dipecat itu, begitulah titahku," ucap Baginda Raja dengan sangat berwibawa.

Begitulah kearifan dan kebijakan Baginda Raja negeri khayal. Meskipun berita yang Beliau dengar sangat menggembirakan, tetapi ia lebih koreksi pada tugas dan tanggung jawab dari para pejabat dan pegawainya. Dalam pikir Baginda Raja, yang tidak kusukai adalah penyampaian berita bagus, menunjukkan hasil kerja yang bagus, tapi dilakukan dengan cara yang tidak bagus. Baginda Raja menginginkan agar para pegawainya bekerja dengan cara yang sesuai dengan perencanaan, sesuai dengan harapan dan kebutuhan warga kerajaan, serta Baginda sangat membenci sistem cara kerja yang kotor. Baginda juga menekankan akan memberikan hukuman apabila ternyata ada diantara para pejabat istana atau pegawai kerajaan yang senangnya mempersulit urusan dan kepentingan warga. Selain itu, Baginda Raja selalu bertitah kepada para menteri istana supaya benar-benar menempatkan pegawai kerajaan sesuai dengan bidang keahlian yang mereka miliki, serta mengadakan pengawasan, jangan sampai ada diantara mereka yang dengan sengaja, tanpa alasan, melalaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Begitulah profil Negeri Khayal, kapan dan di mana, tidak diketahui. Namun, segenggam harapan teriring doa, hanya mampu untuk bertanya, apakah esok matahari akan terbit di Negeri Khayal?











Selasa, 10 Februari 2015

Tenang & Bergelombang

Hello sahabat, bagaimana kabarnya sekarang? Postingan kali ini mengajak rekreasi ke pantai nan indah, pantai panorama alam, pantai anugerah Yang Kuasa untuk umat manusia, pantai penyejuk penentram jiwa, pantai yang lautnya kaya akan ikan, dan tempat melepas lelah setelah sibuk bekerja. Pantai yang dapat membuka wawasan, berpikir, menerawang, dan mengambil perumpamaan lalu teraplikasi sebagai rasa syukur atas anugerah tersebut. Pantai dengan kekayaan melimpah yang apabila dikelola dalam damai bernuansa kepentingan bersama akan berujung pada kemakmuran bersama serta awet dan terpeliharanya lingkungan laut tersebut. Laut juga akan memberi pesona, ya pesona ketertarikan pengunjung, baik lokal maupun mancanegara untuk ikut serta menikmati pesona dan keindahan laut tersebut.

Sebatas mata memandang, seakan langit tak punya batas, kaki langit seperti masuk ke dalam air.Mata tak berkedip, pikiran menenang dalam buaian sepoi angin yang memberi kehidupan. Jiwa menyegar, asa melanglang buana antara dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia harapan, ya dunia harapan yang diharapkan pengelolaannya memberi harapan. Tiupan angin tanpa kabar angin memberi belai untuk lebih termotivasi dalam beraktivitas. Laut tenang tanpa riak dan gelombang, tiada lain merupakan akibat dari tiupan sepoinya angin. Tergambar dalam angan, sisi kehidupan sebagai penentram hidup dan penyemangat kerja. Hampir tidak ada riak-riak saling, tak ada kabar-kabar angin tentang, melainkan semua larut dalam kesibukan untuk berbuat yang lebih baik dan berarti bagi kehidupan yang lebih luas, seperti larutnya garam-garam mineral dalam air laut yang memberi kehidupan kepada beraneka ragam hewan air laut. Kehidupan air laut yang taat aturan, meski ada predator, tapi tetap menjaga kelangsungan populasi dan keseimbangan hidup di air tersebut. Inilah sebuah harapan yang terselip dalam segar dan tenangnya pikiran saat mata tertuju pada ketenangan air laut.

Saat lain, tatkala laut tidak bersahabat. Tiupan angin kencang membawa serta kabar angin sebagai penyebab air laut seperti diaduk. Laut bergelora, gelombang agak tinggi, dan suara atau bunyi terdengar hingar-bingar. Sulit dibedakan antara suara angin, ombak, dan hempasan gelombang. Hewan laut: ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, dan yang lainnya pada lari mencari jalan selamat dan aman. Aktivitas kehidupan laut terganggu, suasana tidak lagi nyaman, kecantikan dan pesona karang laut tak tampak lagi. Yang tampak hanyalah hitam pekatnya awan di atas laut, sesekali terdengar suara burung menukik yang juga membawa kabar burung.

Manusia pasrah, berharap laut tenang, lalu berdoa semoga bergeloranya laut terjadi tidak begitu lama. Manusia menginginkan suasana tenang, kondusif istilah kerennya, agar dapat berikhtiar, berusaha, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Laut tenang tanpa riak dan gelombang dapat menyebabkan fokusnya konsentrasi untuk berinovasi ke depan. Apa yang akan dilakukan atau diperbuat dapat tergambar dalam benak, realisasinya pun dapat secara gamblang terbayangkan. Rencana dan alokasi yang serba neka berjalan mulus seakan tanpa halangan yang berarti, sedangkan dukungan khalayak ramai seperti tidak lagi berbisik di telinga. Dukungan untuk sebuah kenyamanan dan kemajuan yang merangkul hajat kehidupan orang banyak.

Laut bergelora, ombak semakin meninggi, dan tiupan angin kencang memunculkan istilah bahwa laut tidak bersahabat. Konsentrasi tak menentu, sulit berinovasi, rencana dan alokasi dapat saja buyar karena didominasi oleh perasaan khawatir dan cemas. Khawatir akan suatu kondisi, yakni rancangan dan prosesi kerja yang sudah diperhitungkan secara matang tidak secara pribadi, dan berdasar perhitungan telah berpredikat benar, tetap ternilai sebagai sebuah kesalahan.

Kapan........., dan kapankah harapan tersebut benar-benar memberi harapan? Harap laut tidak bergelora, ingin dan ingin laut tetap bersahabat, dan laut tetap memberi dukungan keserasian hidup dalam membangun kedamaian menuju kemakmuran. 

Doa, kadang terlupakan, ya berdoa sahabat, semoga dan semoga laut tetap tenang dan bersahabat dengan hasil laut yang melimpah. Hasil laut untuk kemanfaatan kita semua, tidak saja dinikmati sekarang, melainkan sampai ke anak cucu di masa yang akan datang.






Rabu, 04 Februari 2015

MENCARI YANG ADA

Mata tak terpejam, meski rasa kantuk mengajak tidur
Mulut tak bicara walau ingin mengatakan
Kaki membawa diri selangkah dua
Tangan mengais, membolak, membalik

Rasa cemas, khawatir, suka, bahagia, berbaur sulit dibeda
Dalam pikir yang ada satu kata, di mana?
Di mana akan kujumpa, kupegang, dan kugenggam
Kugenggam erat, meratap tak bernalar

Yang ada sulit ditemu
Mudah mencari yang tidak ada
Yang ada kadang tiada
Meski tak ada tetapi ada

Hanya doa menemani upaya
Walau sendiri berteman sunyi
Berharap genggam terbuka, cemas dan khawatir terbang melayang
Yang ada perasaan suka dan bahagia

Mengais berbagai cara, upaya jadi utama
Memanis wajah menghias senyum
Canda tawa penuh harap
Ucap diuntai penuh makna

Bujuk rayu pemandu utama
Menebar angin sekali dua
Memuji diri pilihan kata
Mampu dan sanggup, entah nomor berapa?

Duduklah, duduk di bangku hasrat
Menebar gaya beriring pesona
Mengunci diri saat ditemu
Ada, dan memang ada, tapi layaknya tidak ada.

Selasa, 27 Januari 2015

SELAYANG PANDANG

Dunia ini bulat sahabat, sebulat tekad untuk berbenah dalam usaha memperbaiki situasi agar menjadi lebih bermakna. Situasi yang lebih bersahabat, familiar, lebih meyakinkan untuk tetap melibatkan diri di dalamnya. Situasi yang mampu membuat untuk saling mengerti, saling memahami, bahu-membahu, bantu- membantu, tolong-menolong, yang tujuan akhirnya adalah mengundang hadirnya kedamaian, keselarasan, rasa aman, sehingga menjadikan nuansa kehidupan menjadi lebih hidup.

Saling menyalahkan merupakan momok yang sebenarnya sangat menakutkan. Bahkan, kesengajaan mencari kesalahan orang lain merupakan awal tertanamnya rasa ketidakpercayaan. Muncul saling curiga, saling mata-mematai, memutar balik fakta untuk kepentingan yang sifatnya emosional. Pada akhirnya, kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun tetap pada situasi saling curiga-mencurigai yang tidak menutup kemungkinan, tertulislah di kartu undangan untuk saling memusuhi. Inilah sebuah kerugian besar, kerugian yang memang tidak tampak dalam laporan rugi laba dari seorang petugas keuangan.

Hidup menjadi lebih hidup, bermakna, berarti, dalam suasana damai, aman, tenteram, senantiasa diidamkan oleh siapa pun. Target kemakmuran, kesejahteraan, dan bahkan keadilan tidak akan terwujud apabila nuansa terlalu jauh dari situasi yang menjadikan kehidupan menjadi lebih hidup. Berawal dari usaha menjadikan suasana damai, aman, dan tenteram akan memberikan setelan otomatis pada munculnya kemakmuran dan kesejahteraan.

Kesamaan persepsi, lebih mengutamakan kepentingan banyak orang, keadilan yang memang adil merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan rasa aman, damai, dan tenteram. Hidup ...... memang tidak bisa sendiri, melainkan perlu orang lain.... memang perlu orang lain. Kebahagiaan yang luar biasa akan terjadi apabila kita berhasil membahagiakan orang lain.